Member Login

Ayo hadiri kegiatan rutin Tawajjuh & Ngaji Tasawwuf setiap malam Selasa. Semoga hati kita selalu terpaut dengan dzikir kepada Allah
Event
06 September 2025 34

Syekh Musytari al-Baronty : Penjaga Kemurnian Naqsyabandiyah Khalidiyah

        Syekh Mursyid Musytari al Baronty adalah seorang ulama yang telah mempelajari Tharekat Naqsyabandiyah sejak muda. Beliau merupakan menantu dari Syekh H. Djalaluddin dan telah mempelajari Tharekat Naqsyabandiyah dari gurunya. Syekh Musytari tinggal di kediaman gurunya selama bertahun-tahun di jalan Angsana no.6 Bungur Jakarta, sambil berkhidmat beliau menimba ilmu Tharekat dari gurunya hingga tamat 17 mata pelajaran pada sisi TN (Tharekat Naqsyabandiyah).
           Karena dedikasi dan ketekunannya, Syekh Musytari diangkat menjadi Khalifah oleh gurunya dan mendapat gelar Syekh Muda. Beliau juga diberi wewenang untuk mengajarkan dan menyebarkan TN. Saat itu, Syekh Musytari baru berumur 27 tahun. Selama kurang lebih 59 tahun, Buya Musytari mengamalkan Tharekat Naqsyabandiyah dan masih aktif mengajar TN kepada masyarakat yang berminat.
        Beliau telah mengarang kitab berjudul "Asrarus Suluki Ilallah". Murid-muridnya banyak dan tersebar di daerah Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Kuching, Serawak Malaysia. Saat ini, Buya Musytari tinggal di Sidoarjo setelah puluhan tahun keliling berdakwah.
        Ajaran Fana` Buya Musytari menekankan pentingnya mengalami 4 kali mati, 4 kali Fana, dan Tajalli 4 kali untuk bertemu dengan Allah. Yang dimaksud dengan 4 kali mati adalah Mati Thabi`I, Mati Maknawi, Mati Syuri, dan Mati Hizi, sesuai dengan Hadits Nabi "Muutu Qabla AnTamuutu" (matilah kamu sebelum mati).
        Selain itu, Syekh Musytari juga menekankan pentingnya mengalami 4 Kali Fana/lebur, yaitu Fana Fiasma Illahiah, Fana Fiafaalil Illahiah, Fana Fisifati Illahiah, dan Fana Fizati Illahiah. Setelah itu, seseorang akan merasai 4 kali Tajalli, yaitu Tajalli Sifatullah, Tajalli Asmaulloh, Tajalli Af`alulloh, dan Tajalli Dzatulloh bi dzhin/bidzdzauq (dengan rasa).
Maqom terakhir ajaran TN ini ada pada Tajalli Dzat, yaitu merasai dengan Dzauq Fana`ul Fana dan Baqa`ul Baqa. Menurut Buya Syekh Musytari, apabila kita amalkan 17 tingkat mata pelajaran pada sisi TN sampai tamat, insya Allah kita akan merasai nikmat maqom-maqom yang Allah telah berikan kepada Auliya-auliyaNya.
        Buya Syekh Musytari juga menjaga kemurnian ajaran TN ini dari pencampuradukan ilmu Ghaib kebatinan. Beliau menekankan pentingnya mengikis habis niat yang menyeleweng, seperti ingin mendapat kesaktian/kedigdayaan atau kekayaan, pada diri setiap murid yang ingin belajar tharekat kepadanya.
        Syekh Bahauddin pernah berkata, "Istiqomah lebih utama dibanding 1000 Karomah". Hal ini menekankan pentingnya menjaga kemurnian Tujuan TN dalam mencari Ridho Allah. Ilmu hikmah dan Ilmu tasawuf harus dipisahkan, karena Ilmu hikmah merupakan buah (hasil)/hadiah pemberian dari Allah kepada para hambanya yang sholeh.
        Dakwah melalui penyebaran kitab merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Buya Syekh Musytari untuk menyebarkan Tharekat Naqsyabandiyah (TN). Sebagai penerus Gurunya Syekh H. Djalaluddin, beliau bekerja sama dengan Penerbit lokal untuk mencetak ulang kitab-kitab karangan Syekh H. Djalaluddin. Kitab-kitab tersebut antara lain Sinar Keemasan jilid 1&2, dan BPU 1001 Wasiat terakhir.
      Kitab-kitab tersebut telah tercetak puluhan ribu eksemplar dan sudah beredar di kalangan masyarakat luas. Tujuan dari penyebaran kitab-kitab tersebut adalah untuk memberikan informasi yang jelas tentang ajaran-ajaran TN, dasar hukum TN yang berdasarkan Al-Qur`an & Hadits, sanad silsilah TN yang tersambung sampai ke Rasulullah. Dengan demikian, orang-orang yang berminat akan TN dan mendapat Hidayah Allah SWT untuk masuk TN dapat memperoleh informasi yang akurat dan tepat.
        Buya Syekh Musytari pernah berkata, "Meskipun bertumpuk-tumpuk orang membaca kitab-kitab Tharekat Tasawuf, namun apabila orang tersebut belum mendapat Hidayah Allah, belum tergerak hatinya untuk memasuki suatu Tharekat apapun, jadi Tharekat itu tidak bisa dipaksakan."
        Menurut Buya Syekh Musytari, beruntunglah orang-orang yang bertharekat, karena bertharekat merupakan nikmat tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita. Dengan bertharekat, kita dapat membersihkan hati, mendapat ketenangan hati dan ketenangan hidup, terbukanya tirai dinding/hijab antara hamba dengan Tuhan, mendapat Rahasia, senantiasa lebih dekat dengan Allah, dan mendapat ridhoNya.
        Syari`at yang ketat merupakan salah satu hal yang sangat ditekankan oleh Buya Syekh Musytari dalam mengajarkan Tharekat. Beliau menekankan pentingnya syariat kepada murid-muridnya agar jangan ditinggalkan, meskipun kita sudah meraih derajatn hakikat & makrifat yang tinggi. Hal ini mencontoh suri tauladan Rasulullah SAW yang tidak pernah meninggalkan Sholat ataupun ibadah Syariat lainnya.
       Menurut Buya Syekh Musytari, "Tidak ada toleransi untuk syariat, semua murid harus mengerjakan dan melaksanakan semua ibadah syariat." Hal-hal seperti inilah yang sangat dijaga oleh Guru-guru Mursyid dari sejak dulu, dengan demikian Tharekat Naqsyabandiyah tetap terjaga kemurniannya sebagai Tharekat yang Haq dan Mu`tabar. 
   Dalam rangka melaksanakan tugas dakwahnya, Buya Syekh Musytari telah menunjuk beberapa Khalifah Mursyid untuk membantunya dalam mengembangkan Tharekat Naqsyabandiyah. Salah satu di antaranya adalah Mursyid kami, Syekh Hadi Santoso, QS, yang saat ini berdomisili di Desa Pondok Kelor, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Syekh Hadi Santoso bersama Syekh Musytari Al Baronty
    
Syekh Hadi Santoso, QS, berdedikasi untuk menegakkan kalimah Allah dan kalimah Tauhid. Dengan penuh semangat, beliau menyebarkan, menegakkan, dan mempertahankan Thariqah Naqsabandiyah Khalidiyah. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kegiatan pengajian rutin mingguan. 
    Tujuan dari semua kegiatan ini hanya satu, yaitu untuk mengharapkan Ridho Allah. Seperti yang tercantum dalam munajat ahli TN, "Ilaahi anta maksudi wa ridhoka mathlubi, a`thini mahabbatka wa makrifataka." Artinya, "Ya Allah, hanya Engkaulah yang kumaksud, dan hanya Keridhoan Engkau sajalah yang aku cari, berilah aku cinta untuk mengenalMU dengan sempurna."
 
Sumber Refrensi : https://hijaow.blogspot.com/